Bandar Lampung, Tentanglampung.com – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Lampung terus memperkuat komitmennya dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme melalui pendekatan edukatif. Salah satu langkah strategisnya diwujudkan melalui kegiatan Rembuk Merah Putih bertema “Mewujudkan Pemuda Cerdas, Kritis, dan Cinta Tanah Air”, yang digelar di Balai Keratun, Lingkungan Pemprov Lampung, Rabu (21/5/2025).
Kegiatan ini menghadirkan berbagai narasumber dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), akademisi, tokoh agama, hingga praktisi media. Peserta terdiri dari kalangan pemuda, mahasiswa, jurnalis, dan unsur masyarakat sipil.
Peran Strategis Pemuda dan Tokoh Masyarakat
Mayjen TNI Sudaryanto, S.E., Han., Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, menekankan bahwa pencegahan terorisme tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah. Keterlibatan tokoh agama dan masyarakat sangat penting. “Peran moral dari ulama, pendeta, dan tokoh-tokoh lokal dibutuhkan untuk menjaga etika sosial di tengah masyarakat, baik dalam pembangunan maupun kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Pentingnya Literasi Digital dan Wawasan Kebangsaan
Sementara itu, Ketua FKPT Lampung, Dr. Muhammad Firsada, menyampaikan bahwa pemuda harus dibekali dengan wawasan kebangsaan, literasi digital, serta kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah terpengaruh oleh ideologi radikal. “Kita semua harus menjadi agen perdamaian yang cerdas secara intelektual dan kuat secara moral. Pemuda Lampung memiliki potensi besar untuk menyuarakan narasi kebangsaan di ruang-ruang publik, baik secara langsung maupun melalui platform digital,” kata Dr. Firsada.
Ia menambahkan, kebijakan pencegahan harus disesuaikan dengan karakteristik wilayah masing-masing. Masukan dari masyarakat sangat diperlukan agar kebijakan tersebut tepat sasaran. “Semangat nasionalisme harus terus dipupuk, terutama di era digital yang penuh distraksi. Pemuda harus kritis, namun tetap cinta tanah air dan menjunjung nilai-nilai Pancasila,” tegasnya.
Tantangan di Era Digital
Gus Najih, Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme, mengungkapkan bahwa tantangan utama saat ini datang dari media sosial. Ia menyoroti bagaimana penyebaran radikalisme kini berlangsung sangat cepat. “Dulu butuh waktu 20 tahun untuk mempengaruhi orang, sekarang dalam 1 tahun saja, lebih dari 2.700 orang sudah bergabung sebagai pejuang di Suriah. Tantangan global ini bukan hanya soal agama, tapi juga didukung oleh aktor-aktor global seperti CIA, Rusia, bahkan Israel,” ungkapnya.
Pentingnya Pendekatan Komunitas : NKRI HARGA MATI
Kolonel (Sus) Harianto, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, menekankan bahwa pencegahan paham radikal adalah kewajiban semua pihak, bahkan merupakan fardhu ain.”Kita harus melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, dan entrepeneur dalam mencegah paham-paham menyimpang. Suara di media sosial juga harus diarahkan untuk memperkuat narasi kebangsaan,” katanya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat lebih bijak bermedia sosial: “Jangan sampai kita anti-Pancasila. Saring sebelum sharing.”
Peran Jurnalis dalam Pencegahan Terorisme
Wira Hadikusuma, Kabid Media dan Hukum FKPT Lampung, menyoroti peran penting jurnalis dalam menyampaikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab. “urnalis bukan hanya penyampai informasi, tapi juga kontrol sosial. Di era digital, informasi belum tentu benar. Wartawan wajib melakukan check, re-check, dan bahkan triple-check,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa menurut Dewan Pers, terorisme adalah kejahatan luar biasa sehingga Dewan Pers mengeluarkan Pedoman Peliputan Terorisme seperti Wartawan selalu menempatkan keselamatan jiwa jika mengancam jiwa dan raga serta menempatlan kepentingan publik diatas kepentingan jurnalis.
Penulis : M. Davit Saputra, SH