Example floating
Example floating
Lampung

Pemprov Lampung Dorong Tata Niaga Ubi Kayu yang Berkeadilan dan Berkelanjutan

31
×

Pemprov Lampung Dorong Tata Niaga Ubi Kayu yang Berkeadilan dan Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini

LAMPUNG – Pemerintah Provinsi Lampung terus berupaya memperbaiki tata kelola dan peningkatan produksi maupun kualitas ubi kayu yang menjadi salah satu komoditas utama yang dihasilkan Provinsi Lampung.

Hal tersebut ditegaskan oleh Gubernur Lampung yang diwakili oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung, Mulyadi Irsan saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional yang mengusung tema ‘Menegakkan keadilan dalam tata niaga singkong: Aspek Penegakan Hukum terhadap praktik pelanggaran tata niaga harga singkong di Lampung’ bertempat di Auditorium Prof. Abdul Kadir Muhammad Fakultas Hukum (FH) Unila, Sabtu (26/07/2025).

Mulyadi menyoroti bahwa diperlukan berbagai upaya dan dukungan semua pihak, baik itu petani, industri, pemerintah maupun akademi dalam menciptakan tata niaga ubi kayu yang adil dan berkelanjutan.

“Kita ingin masyarakat happy, industri happy, pemerintah happy, bahkan perguruan tinggi juga happy. Bagaimana merangkai ini, ini bukanlah hal yang mudah karena perlu kehadiran kita semua terhadap ubi kayu,” tegasnya.

Sejumlah upaya telah dilakukan oleh Pemprov Lampung, salah satunya melalui Instruksi Gubernur Nomor 2 Tahun 2025 yang menetapkan harga dasar ubi kayu sebesar Rp1.350 per kilogram. Namun, implementasi kebijakan tersebut dinilai masih menghadapi tantangan di lapangan, khususnya dalam menghadapi gejolak harga.

Pemerintah Provinsi Lampung juga tidak memungkiri bahwa produk ubi kayu saat ini mengalami lonjakan hasil panen sehingga membuat harga di lapangan tidak terkendali.

“Memang kenyataannya, bahwa di Lampung oversupply, ini menyebabkan harga di lapangan tidak terkendali. Oleh sebab itu, pemerintah ke depan sedang menyusun, yang dalam jangka panjang membutuhkan peran riset terutama Bu Rektor Unila, kita ingin ke depan yang dimaksud ubi kayu adalah jenis varietas kasesa yang secara umum memang tidak bisa dikonsumsi langsung,” jelasnya.

Peran perguruan tinggi dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga sangat diharapkan dalam mendorong peningkatan varietas unggul seperti kasesa yang patinya lebih dimanfaatkan.

Pemprov Lampung juga mendorong terbentuknya pola kemitraan antara industri dan petani melalui koperasi atau Bumdes, dengan tujuan menciptakan rantai pasok yang transparan dan berkeadilan. Edukasi kepada petani tentang pemilihan bibit unggul, teknik pemupukan yang tepat, hingga waktu panen yang ideal, disebut sebagai faktor penting untuk meningkatkan mutu hasil panen dan nilai jual.

“Ini yang kita harapkan ke depan adanya bibit unggul yang dihasilkan dari peran riset. Perlu diedukasi ke depan bagaimana adanya kemitraan, jadi industri bisa hadir bisa mendampingi para petani. Apa yang bisa menghasilkan patinya unggul ini yang harus kita pikirkan ke depan,” lanjutnya.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *