Example floating
Example floating
Legislatif

Membaca Keheningan KH. M. Imam Aziz: 40 Hari Mengenang Pemikir Islam Progresif

49
×

Membaca Keheningan KH. M. Imam Aziz: 40 Hari Mengenang Pemikir Islam Progresif

Sebarkan artikel ini

LAMPUNG – Kelompok Studi Kader (KLASIKA) Lampung bersama Komunitas Jaringan Gusdurian Lampung menggelar acara “Membaca Keheningan KH. M. Imam Aziz” untuk memperingati 40 hari wafatnya KH. M. Imam Aziz, pendiri Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) sekaligus pengasuh Pesantren Bumi Cendikia Yogyakarta. Acara berlangsung di Rumah Ideologi KLASIKA, Bandar Lampung, Jumat (22/8) malam.

Acara yang diisi dengan doa bersama, yasin, tahlil, dan diskusi reflektif itu menghadirkan beragam kesan dari para tokoh yang mengenal dekat sosok Imam Aziz.

Anggota DPRD Provinsi Lampung, Fatikhatul Khoiriyah, S.Hi., M.H., menegaskan kegelisahan Imam Aziz bukanlah kelemahan, melainkan tanda kepekaan sosial dan keberpihakan pada masyarakat kecil.
“Mas Imam adalah sosok yang selalu gelisah melihat ketidakadilan. Kegelisahan itu tanda kepekaan dan keberpihakan kepada mereka yang lemah. Beliau humble, dengan keilmuan luas, baik di bidang keagamaan maupun sosial. Itulah yang patut kita teladani,” ujar Khoir.

Ia menambahkan, pemikiran Imam Aziz menjadi teladan penting bagi generasi muda.
“Banyak tokoh yang bisa menjadi gambaran ideal bagi kita, salah satunya Mas Imam Aziz. Dari beliau kita belajar bagaimana membangun nilai dan arah untuk masa depan,” kata Khoir.

Senada, Wakil Rektor II UIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. Safari Daud, mengenang Imam Aziz sebagai sosok visioner. “Berpikir besar dan tampilan sederhana adalah dua hal yang melekat pada Mas Imam Aziz. Semakin sadar keagamaan, semakin tinggi kemanusiaan. Itulah perkawinan agama dengan ilmu sosial,” ujarnya.

Tokoh Nahdlatul Ulama Lampung, H. Khaidir Bujung, menyoroti kesederhanaan Imam Aziz. “Kiai Imam selalu tampil sederhana, baik dalam keseharian maupun dalam memimpin gerakan. Kesederhanaan itulah yang membuatnya begitu dekat dengan banyak kalangan,” ungkapnya.

Sementara itu, Chepry Chairuman Hutabarat, Founder KLASIKA, mengaitkan pemikiran Imam Aziz dengan filsafat Plato dan gagasan Jürgen Habermas. Menurutnya, Imam Aziz selalu mengedepankan akal sehat, keberanian, dan kesederhanaan dalam gerak kemanusiaannya, sekaligus menekankan bahwa pengetahuan harus bersifat emansipatoris dan membebaskan.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *