LEGISLATIF – Anggota DPRD Provinsi Lampung daerah pemilihan (Dapil) Kota Bandar Lampung, Andika Wibawa SR menyoroti pentingnya menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila di tengah derasnya pengaruh teknologi dan media sosial.
Menurut Andika, perkembangan teknologi yang semakin cepat telah mengubah pola kehidupan keluarga dan anak-anak.
“Sekarang anak-anak distelin Cocomelon, ibunya nonton drama Korea yang mengakibatkan anak-anak terpengaruh arus yang tidak terkontrol oleh orangtua. Efek teknologi dan media sosial sangat kuat dalam membentuk perilaku,” ujarnya dalam kegiatan Pembinaan Ideologi Pancasila Wawasan Kebangsaan (PIP-WK) ke II di Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung, Sabtu (25/10/2025).
Ia menegaskan bahwa sosialisasi Pancasila harus terus dilakukan di lapangan, di tengah-tengah masyarakat, agar nilai-nilainya tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari.
“Sosialisasi Pancasila penting dilakukan, bukan karena kita tidak paham, tetapi supaya kita mengulas dan mengingat kembali makna Pancasila. Tanpa Pancasila, mungkin kita tidak saling mengenal satu sama lain,” jelas Andika.
Sementara itu, Narasumber PIP, Agustiono menyampaikan bahwa nilai-nilai Pancasila sesungguhnya sudah menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia sejak dahulu.
“Kalau rakyat Indonesia sudah berketuhanan dan memiliki agama masing-masing, otomatis menjadi manusia yang beradab. Nilai-nilai itu sudah ada di negara kita sejak lama dan dijadikan dasar ideologi,” katanya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga persatuan di tengah ancaman ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
“Alhamdulillah masyarakat kita masih bersatu. Bahaya paham PKI dan komunisme harus terus diwaspadai. Ibu-ibu adalah benteng utama keluarga, madrasah pertama bagi anak-anak di rumah,” tegasnya.
Agustiono menambahkan, derasnya arus budaya luar juga berpotensi menggerus budaya bangsa. Karena itu, peran ibu sangat penting dalam menjaga nilai-nilai luhur dan membentuk generasi penerus yang berkarakter.
“Ibu itu luar biasa, benteng terakhir dalam menjaga anak-anak agar tetap berpegang pada nilai-nilai Pancasila,” tambahnya.
Narasumber lainnya, Moh. Andi Fikri menilai bahwa masyarakat Lampung merupakan contoh daerah yang memiliki tingkat toleransi tinggi.
“Di Lampung ini toleransinya sangat tinggi. Hampir tidak pernah ada konflik SARA, karena masyarakat Lampung terbuka dan legowo menerima siapa pun yang datang dari luar,” ujarnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk terus bersyukur atas keberagaman dan kedamaian yang dimiliki.
“Dari enam agama yang diakui negara, pasti ada satu yang kita anut. Dengan beragama, kita diberi kesehatan dan pikiran positif, sehingga bisa terus berkumpul dan hidup rukun,” pungkasnya.(**)












